top of page

DIRGAHAYU INDONESIA KE-78



Sejarah Singkat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia


Proklamasi kemerdekaan Indonesia diawali dengan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia Kedua. Hal ini ditandai dengan dijatuhkannya bom atom di Kota Hiroshima, Jepang, oleh Amerika Serikat pada tanggal 6 Agustus 1945.


Tiga hari kemudian, Amerika Serikat kembali menjatuhkan bom atom kedua di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Peristiwa ini memaksa Kaisar Jepang Hirohito menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya pada 15 Agustus 1945.


Berita itu kemudian beredar melalui siaran radio. Golongan muda kemudian mendesak Soekarno dan Hatta untuk memanfaatkan situasi dengan mendeklarasikan proklamasi.


Namun, Sukarno dan Hatta menolak karena belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Jepang. Pada 10 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta didampingi Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Dalat, Vietnam, untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi.


Pada 12 Agustus 1945, Marsekal Terauchi mengumumkan bahwa Jepang diambang kekalahan. Pemerintah Jepang menyatakan akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari.


Sekembalinya dari Dalat, Soekarno dan Hatta ditangkap oleh para pemuda pimpinan Sukarni, Chairul Saleh, dan Wikana pada tanggal 16 Agustus 1945. Ibu Fatmawati dan Guntur (anak Soekarno yang berusia 9 bulan) juga dibawa ke Rengasdengklok dengan harapan bahwa dwitunggal akan segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.


Namun, pada 16 Agustus 1945 tidak tercapai kesepakatan. Ahmad Soebardjo kemudian datang dan mencoba membujuk para pemuda agar melepaskan dualitas tersebut.


Akhirnya mereka setuju dengan jaminan Soebardjo bahwa proklamasi akan dilakukan keesokan harinya. Malam itu juga, delegasi berangkat ke Jakarta menuju rumah Laksamana Maeda di Meiji Dori No.1 untuk membicarakan masalah tersebut.


Saat tiba, pembawa acara menjelaskan masalah dan informasi yang sebenarnya terjadi. Maeda kemudian mengajak ketiga tokoh tersebut untuk menemui Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer) Jenderal Moichiro Yamamoto guna membahas upaya lanjutan yang akan dilakukan.


Namun sesampainya di Markas Gunseikan di kawasan Gambir, ketiganya mendapat tanggapan yang mengecewakan karena Jenderal Nishimura yang mewakili Gunseikan melarang segala upaya untuk mengubah keadaan. Mereka diharuskan menunggu Sekutu datang lebih dulu.


Ketiga tokoh tersebut sepakat bahwa Jepang sudah tidak dapat diandalkan lagi dan kemerdekaan harus segera diupayakan. Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang menginap di Hotel Des Indes langsung diantar Sukarni dan kawan-kawan ke rumah Maeda.


Teks proklamasi kemudian disusun oleh tiga tokoh bangsa, yakni Ir Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soerbadjo, pada 17 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB. Teks proklamasi dirumuskan di ruang makan Maeda.


Teks asli proklamasi ditulis tangan oleh Ir Soekarno. Dua paragraf naskah selesai dua jam kemudian.


Naskah kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik saat naskah disetujui. Naskah proklamasi kemudian diserahkan kembali kepada Sukarno untuk ditandatangani.


Kemudian pada pukul 10.00 WIB, Jumat, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, teks proklamasi dibacakan oleh Presiden Soekarno didampingi oleh Moh. Hatta. Pembacaan proklamasi kemerdekaan dilakukan dalam suasana khidmat.


Kemudian bendera Merah Putih yang dijahit oleh Ibu Fatmawati dikibarkan oleh seorang prajurit PETA bernama Latief Hendraningrat, dibantu oleh Soepardjo dan seorang wanita muda yang membawa nampan berisi bendera merah putih.


Usai pengibaran bendera, lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan. Berita pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui berbagai media, antara lain radio, surat kabar, dan telegram.


Nah itulah sejarah peristiwa 17 Agustus 1945 dan momen pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Semoga bermanfaat.

bottom of page